Cahaya Batin: Sosok yang Bermeditasi dan Bunga-bunga Bercahaya di Lanskap Mistis Berlumut
Di sebuah hutan yang sunyi dan diselimuti lumut, tempat bisikan lembut angin menari-nari melalui pepohonan purba, duduklah sesosok yang bernama **Luma**. Ia bukanlah orang biasa; ia adalah penjaga lembut dari **Cahaya Batin**, sebuah kilauan magis yang bersinar terang dari dalam hatinya. Terbungkus dalam jubah yang ditenun dari bayangan temaram, Luma duduk bersila di atas bantal lumut, matanya terpejam dalam meditasi yang mendalam.
Di sekelilingnya, dunia yang aneh dan menakjubkan itu seolah hidup dengan keajaiban. **Bunga-bunga bercahaya**, yang tidak terlihat di kebun biasa mana pun, bermekaran di mana-mana. Kelopak mereka berkilauan seperti bintang-bintang kecil, memancarkan cahaya lembut yang berkedip dan bergetar di tanah yang berembun. Setiap bunga memiliki cahaya yang berbeda—beberapa berwarna biru lembut, yang lain merah muda hangat, dan beberapa lagi berkilauan dengan semburat keemasan.
“Selamat datang, pengembara,” bisik sebuah suara kecil.
Luma membuka matanya dan tersenyum lembut. Itu adalah suara peri hutan kecil bernama **Piko**, yang terbang melayang di dekat bunga bercahaya ungu. “Bunga-bunga ini mekar hanya ketika Cahaya Batin itu kuat,” jelas Piko, sayapnya menangkap kilauan seperti lentera. “Mereka berbagi kehangatan dengan hutan dan menjaganya tetap aman.”
Luma mengangguk. “Cahaya mereka mencerminkan kedamaian di dalam diri kita semua. Ketika kita menemukan ketenangan di dalam, bunga-bunga ini bersinar lebih terang.”
Saat ia menarik napas dalam-dalam, bunga-bunga bercahaya itu berdenyut lembut, menyebarkan cahaya halus mereka di lanskap berlumut. Pepohonan tampak merunduk mendekat, ingin tahu sekaligus melindungi. Jauh di dalam hutan, sebuah lagu kuno bersenandung, membawa janji kedamaian dan harapan.
“Apakah kalian mau mencoba?” tanya Luma, berbalik ke arah Piko dan sekelompok kecil hewan hutan yang penasaran—seekor **burung hantu** yang bijaksana, seekor **kelinci** yang melompat, dan seekor **rubah** yang pemalu.
“Ya!” cicit Piko, matanya berbinar karena kegembiraan.
“Pejamkan mata kalian,” instruksi Luma. “Rasakan cahaya di dalam diri kalian. Cahaya itu hangat dan tenang, seperti matahari lembut yang tak pernah terbenam.”
Perlahan, setiap hewan memejamkan mata mereka. Bulu burung hantu bersinar samar-samar. Hidung kelinci berkedut dengan kilau keemasan yang lembut. Ekor rubah bergetar, memancarkan cahaya merah muda yang lembut.
Luma tersenyum hangat. “Lihat? Cahaya Batin hidup di dalam setiap makhluk dan setiap tempat. Ketika kita merawatnya, kita membawa keajaiban ke dunia di sekitar kita.”
Tanah berlumut memeluk mereka dengan lembut saat bunga-bunga bercahaya menari dengan gembira, menerangi hutan mistis dengan percikan kedamaian batin yang terang. Dan di tempat ajaib itu, dengan hati yang tenang dan penuh cahaya, seluruh hutan seolah mendendangkan lagu persahabatan dan keajaiban yang lembut.
